Kamis, 24 Mei 2012


TEORI GAGNE

Robert M. Gangne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang telah mengembangkan suatu pendekatan prilaku eklektik mengenai psikologi belajar. Dalam bab ini kita akan membahas hasil-hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne, serta kejadian-kejadian belajar dan kejadian-kejadian instruksi, dan hubungan antara kejadian-kejadian itu.
A. Hasil-hasil Belajar menurut Gagne
Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorig. Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil-hasil dasar disebut kemampuan-kemampuan atau kapabeliti.
Menurut Gagne ada lima kemampuan-kemampuan, yaitu kemampuan pertama disebut kemempuan-kemampuan intelektual, karena keterampilan itu merupakan penampilan-penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-operasi intelekual yang dapat dilakukannya.  Kemampuan kedua meliputi penggunaan strategi-strategi kognitif, nomor tiga, berhubungan dengan sikap atau memungkinkan sekumpulan sikap-sikap yang dapat ditunjukkan oleh prilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains. Nomor empat dari hasil belajar gagne ialah informasi verbal, dan yang terakhir adalah keterampilan-keterampilan motorik,
1. Keterampilan Intelektual
Keterampilan-keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengguaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Belajar keterampilan inteektual telah dimulai sejak tingkat-tingkat pertama sekolah dasar dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.
Belajar memprngaruhi perkembangan intelektual seseorang dengan cara yang disarankan oleh digram. Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi, yaitu aturan-aturan yang kompleksdemikian pula diperlukan aturan-aturan dan konsep-konsep terdifinisi. Untuk memperoleh aturan-aturan ini, siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkrit, dan untuk belajar konsep-konsep konkrit ini, siswa harus menguasai deskriminasi-deskriminasi.
a. Deskriminasi-deskriminasi
deskriminasi merupakan suatu kemampuan untuk mengadakan respons-respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik
PEMECAHAN MASALAH
Melibatkan pembentukan
ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI
Yang membutuhkan sebagai prasyaratan-prasyaratan
ATURAN-ATURAN
Dan
KONSEP-KONSEP TERDEFENISI
Yang memerlukan prasyaratan-prasyaratan
KONSEP-KONSEP KONKRIT
Yang memerlukan sebagai prasyaratan-prasyaratan
DISKRIMINASI-DISKRIMINASI
Tingkat-tingkat kompleksitas dalam keterampilan intelektual
b. Konsep-konsep konkrit
Menurut gagne, satu keteramilan intelektual ialah konsep konkrit, dan suatu konsep konktir menunjukkan suatu sifat objek atau atribut objek dimana bentuk, dll. Konsep ini disebut ”konkrit”, penampilan manusia yang dibutuhkan konsep-konsep ini adalah mengenal satu objek yang konkrit.
Contoh-contoh sifat konkrit adalah bulat, persegi, biru, merah, lurus, dll. Kita dapat mengatakan bahwa orang tertentu telah mempelajari suatu konsep konkrit, dengan meminta orang untuk menunjukkan dua atau lebih anggota-anggota yang termasuk kedalam kelas sifat objek sama; misalnya dengan menunjukkan pada suatu uang logam, suatu ban mobil, dan bulan purnama sebagai bulat. Operasi menunjuk dapat dilakukan dengan berbagai cara; dapat dengan memilih, melingkari; atau memegang.
c. Konsep terdefinisi
            Seseorang dikatakan telah belajar suatu konsep terdefinisi bila ia dapat mendemonstrasikan arti dari kelas tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan. Misalnya, kita perhatikan konsep asam, suatu zat yang yang memerahkan kertas lakmus biru. Seorang siswa yang telah memelajari konsep itu,akan dapat memilih zat sesuai dengan definisi, dengan memperlihatkan jika dimasukkan kertas lakmus biru kedalam zat itu. Demonstrasi tentang arti, membedakan proses mental ini dari proses mental yang menyangkut mengingat informasi verbal, seperti “Asam adalah zat yang dapat memerahkan kertas lakmus biru.
d. Aturan-aturan
Seorang telah belajar suatu aturan, bila penampilannya mempunyai semacam keteraturan dalam berbagai situasi-situasi khusus, banyak contoh mengenai perilaku yang dikuasai oleh aturan. Sebagian besar dari perilaku manusa termasuk perilaku ini. Misalnya dalam membuat suatu kalimat “ibu mencium adik dengan penuh kasih sayang”, kata kerja mencium ditempatkan sesudah kata ibu, tidak sebelumnya. Demikian pula kata-kata yang lain dalam kalimat itu sudah mengikuti suatu aturan dalam bahas kita. Dengan aturan yang telah kita pelajari ini, kita dapat menyusun kalimat-kalimat lain dengan menyusun struktur yang sama.
Setelah kita mengenal apakah aturan itu, ddapat kita menerima bahwa suatu konsep terdefinisi seperti yang telah dijelaskan terdahulu, pernyataannya tidak berbeda dengan suatu aturan, dan dipelajari dengan cara yang sama. Dengan lain perkataan, suatu konsep terdefinisi meruakan suatu bentuk khusus dari aturanyang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek dan kejadian-kejadian; konsep terdefinisi adalah suatu aturan pengklasifikasian.
e. Aturan-aturan tingkat tinggi
Ada kalanya aturan-aturan yang kita pelajari merupakan gabungan yang kompleks tentang aturan-aturan yang lebih sederhana. Lagi pula, kerap kali aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tinkat tinggi ini ditemukan untu memecahkan masalah praktis atau sekelompok masalah. Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya, merupakan tujuan utama proses pendidikan. Bila para siswa memecahkan suatu masalah mewakili kejadian-kejadian nyata, para siswa juga mencapai suatu kemampuan baru. Mereka telah belajar sesuatu yang dapat digeneralisasikan pada masalah-masalah lain yang mempunyai ciri-ciri formal yang mirip. Ini berarti, mereka telah memperoleh suatu aturan baru atau mungkin juga suatu set baru tentang aturan-atauran.
Aturan-aturan memegang peranan penting dalam pemecahan masalah. Tidak mungkin bagi siswa untuk memperoleh semua aturan yang diperlukan bagi setiap situasi, konsep-konsep dan aturan-aturan harus disintesis menjadi bentuk-bentuk kompleks yang baru agar siswa dapat menghadapi situasi-situasi masalah yang baru. Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya dan tidak sebagai keterampilan genetik. Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah matematika tidak secara otomatis pindah ke pemecahan masalah-masalah mekanik suatu mobil.
2. Strategi-Strategi Kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suaatu strategi kokginitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan, perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa tulisan Bruner dalam memecahkan masalah.
Berbagai macam strategi kognitif
a. Strategi-stratei mengaafal (rehearsal strategies)
Dengan pertolongan strategi ini, para siswa melakukan latihan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling sederhana, latihan itu berupa mengulang-ngulang nama-nama dalam suatu urutan misalnya, nama pahlawa-pahlawan, tahun-tahun, pecahnya perang Dunia. Dalam empelajari tugas-tugas yang lebih kompleks, misalnya mempelajari gagasan-gagasan yang penting, menghaafal dapat dilakukan dengan menggaris bawahi gaagasan-gagasan penting itu,  atau dengan menyalin bagian-bagian teks.
b. Strategi-strategi elaborasi
Dalam menggunakan teknik elaborasi, siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan ddipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Bila diterapkan pada belajar dari teks prosa missalnya, kegiatan elaborasi merupakan pembuatan paraprase, pemuatan rngkasan, pembuatan catatan, dan perumusan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban.
c. Strategi-strategi pengaturan (organizing strategi)
Penyusunan materi yang akan dipelajari kedalamm ssuatu kerangka, merupakan teknik dasar dari strategi-strategi ini. Sekumpulan kata yang harus diingat diatur oleh siswa menjadi kategori-kategori yang bermakna. Hubungan-hubungan antara fakta-fakta disusun menjadi tabel-tabel , memungkinkan penggunaan pertolongan penyusunan ruang.
d. Strategi metakognitif
Menurut Brown, strategi-strategi metakognitif meliputi kemampuan-kemampuan siswa untukk menentukan tujuan-tujuan belajar, memperkirakan keberhasialan pencapaian tujuan-tujuan itu.
e. Strategi-strategi Afektif
Teknik-teknik ini digunakan para siswa untuk meemusatkan dan mempertahankan perhatian, untuk mengendalikan kemarahan, dan menggunakan waktu secara efektif
3. Invormasi Verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal;menurut teori, pengeetahuan ini disimpan seebagai jaringan proposisi-proposisi (Anderson.1985; E.D Gagne, 1985). Nama lain untuk pengetahuan verbal ialah pengetahuan deklaratif.
4. Sikap-Sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau mkluk-mahkluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Karena itu, gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-siswa memperoleh sikap-sikap sosial ini.
Suatu sikap mempengaruhi sekumpulan besar perilaku-perilaku khusus seseorang, oleh karena itu ada beberapa prinsi-prinsip belajar umum yang dapat diterapkan untuk memperoleh dan mengubah sikap-sikap keterampilan—keterampilan motorik tidak dapat membahas yang mendalam dalam buku ini.
5. Keterampilan-keterampilan motorik
Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya bila membaca, menulis atau dalam pelajaran sains bagaimana menggunakan berbagai macam alat, seperti mikroskop, berbagai alat-alat listrik dalam pelajaran fisika, dan biuret, alat destilasi dalam pelajaran kimia.

B. Kejadian-Kejadian Belajar
Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan informasi, Ggne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajarr. Fasa-fasa itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa(yang belajar) atau guru.

1. Fasa motifasi
Siswa (yang belajar harus diberi motifasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahu mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka, atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
2. Fasa pengenalan
Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dri suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi, misalnya siswa memperhatikan asek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru, atau tentang gagasan-gagasan utama buku teks.
3. Fasa perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa informasi tidak langsuung disimpan dalam memori. Informasi-informasi tersebut diubah kedalam bentuk yang bermakna yang diubungkan dengan infomasi yang telah ada dalam memori siswa.
4. Fasa retensi
Informasi baru harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi mellalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek, elaborasi, dan lain-lainnya.
5. Fasa pemanggilan (recall)
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka anjang. Jadi, bagian penting dalam belajar adalah untuk belajar memperoleh hubungan apa yang telah kita pelajari, untuk memanggil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
6. Fase generalisasi
Biasanya ini kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan diluar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi, atau transfer informasi pada
situasi-situasi baru merupakan fasa kritis dalam belajar.
C. Kejadian-Kejadian Instruksi
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi. Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondosi eksternal. Kondisi eksternal merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru dalam mengajar.
Menurutnya mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang dikenal dengan ” Kejadian-Kejadian instruksi ” yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
Langkah pertama dalam suatu pelajaran adalah memotivasi para siswa untuk belajar.Kerap kali ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan dengan mengemukakan kegunaannya.
2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar
Kejadian instruksi kedua ini sangat erat hubungannya dengan kejadian instruksi pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi para siswa adalah dengan memberi tahu mereka tentang mengapa mereka belajar apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan mereka pelajari. Memberi tahu para siswa tentang tujuan-tujuan belajar juga menolong memusatkan perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.
3. Mengarahkan perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian. Yang satu berfungsi untuk membuat siswa saiap menerima stimulus-stimulus.
Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif . Dengan cara ini,siswa memilih informasi yang mana yang akan diteruskan ke memori jangka-pendek. Dalam mengajar, seleksi stimulus-stimulus relevan yang akan dipelajari dapat ditolong guru dengan cara mengeraskan ucapan suatu kata selama mengajar, atau menggaris-bawahi suatu kata atau beberapa kata dalam suatu kalimat, atau dengan menunjukkan sesuatu yang harus diperhatikan para siswa.
4. Merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau
Guru dapat berusaha dalam menolong siswa-siswa dalam mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka-panjang itu. Cara menolong ini dialakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada para siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan.
5. Menyediakan bimbingan belajar
Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka-panjang, diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengaitkan informasi baru itu pada pengalaman siswa. Dalam belajar konsep dapat diberikan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh.
6. Melancari Retensi
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari (tidak dilupakan) dapat diusahakan oleh guru dan para siswa itu sendiri dengan cara banyak kali mengulangi pelajaran itu. Cara lain adalah dengan memberi banyak contoh-contoh. Dapat pula diusahakan dengan menggunakan “jembatan keledai. Dengan cara ini, materi pelajaran disusun demikian rupa hingga mudah diingat.
7. Membantu transfer belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi baru. Ini berarti, bahwa apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat membantu transfer belajar. Untuk dapat melaksakan ini para siswa diharapkan telah menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan.
8. Memperlihatkan penampilan dan memberikan umpan balik
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu, guru sebaiknya tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini mungkin kepada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran akan berjalan dengan lancar.

PIAGET DAN TEORINYA

I. PENDAHULUAN
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
System yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :
Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )
Piaget memperoleh gelar Ph.D dalam biologi pada umur 21, ia kemudian tertarik pada psikologi dan mempelajari anak-anak abnormal di salah satu rumah sakit di Paris. Pada periode hidupnya, Piaget semakin tertarik pada logika anak dan metode berpikir yang berbeda-beda yang digunakan anak dalam menjawab peertanyaan pada usia yang berbeda pula. Selanutnya Piaget bekerja melakukan penelitian selama kurang lebih 40 tahun. Studinya dipusatkan pada persepsi anak dalam pemahamannya mengenai alam/benda, jumlah, waktu, perpindahan, ruang, dan geometri. Ia menganalisis operasi-operasi mental yang digunakan oleh anak, cara berpikir simbolis dan logika mereka.
II. PERMASALAHAN
Apa pokok-pokok pikiran teori perkembanggan kognitif menurut Piaget dan bagaimana implikasi teori Piaget dalam pendidikan ?
III. PEMBAHASAN
A. Pokok-pokok pikiran Piaget mengenai teori kognitif dan perkembangannya
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. beradaptasi
2. organisasi ( tindakan penataan )
untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
1. Skema
istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.
Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi
2. Asimilasi
asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
Ø Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
Ø Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Ø Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
Ø Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :
a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.
B. Implikasi teori Piaget dalam pendidikan
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram berikut :
new-picture-1 Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :
Ø Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran anak
Ø Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian ssimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :
Ø Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
Ø Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.
IV. KESIMPULAN
v Terori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendenisikan kembali intelegensi, pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.
v Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi social, dan ekuilibrasi
v Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi rerdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
v Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara intelektual.
v Asimilasi adalh proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan bahan persepsi baru atau stimuklus baru ke dalam skemata atai pola perilaku yang sudah ada.

Daftar pustaka

Dahar Ranta Willis Pof. Dr.M.SC.1989. teori-teori belajar.
Jakarta : Erlangga
..2000. kumpulan-nahan diklat nasional guru biologi SMU.
Bandung : Pusat pengembangan penataran guru IPA

Rabu, 23 Mei 2012

Cara Meningkatkan Daya Ingat Otak


Cara Cepat Menghafal dan Meningkatkan Daya Ingat Otak


Daya ingat merupakan hal yang paling pokok sebagai modal kita menjalani hidup ini yang penuh dengan berbagai persoalan. Bayangkan saja, kita memiliki begitu banyak persoalan dan begitu banyak hal yang perlu kita ingat setiap saat. berikut ini adalah beberapa tips yang bisa anda praktekan agar anda lebih cepat dalam mengingat sesuatu.

Indera
Keterampilan memperhatikan perlu kita pelajari, karena akan sulit mengingat sesuatu apabila kita tidak memperhatikan dari awal. Dengan menggunakan kombinasi penglihatan (mata), bunyi (telinga), gerak (tangan dan kaki), bau (hidung), dan rasa (lidah), akan menciptakan memori terkuat.

Buat Kesan
Untuk membuat sesuatu dapat diingat buat menjadi berkesan, buat kesan objek yang akan kita ingat secara imajinatif dan berlebih-lebihan.


Mainkan Emosi
Kesan yang bermuatan cinta, kebahagiaan, dan kesedihan mudah untuk diingat. Dengan menggunakan kesan dari perasaan hangat, perasaan yang membuat jantung kita berdegup kencang dan memancarkan kebahagiaan, akan membantu memori kita.


Asosiasi dan Imajinasi
Gunakan asosiasi dan imajinasi pribadi kita seperti anggota-anggota keluarga kita, rumah kita, kantor, teman-teman, peristiwa, dan hal-hal yang istimewa bagi kita.


Repitisi
Berkonsentrasilah secara penuh pada materi yang sedang dipelajari dan mengulangnya dengan cara yang berbeda dan kreatif seperti mengucapkannya keras-keras dan lebih baik bila dibuat peta pikiran.


Buat Password
Usahakan mengingat bagian pertama dan terakhir karena bagian tersebut paling mudah untuk diingat. Buat password untuk bagian-bagian tersebut dan jadikan keyword untuk mengingat bagian-bagian lain.


Untuk meningkatkan daya ingat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, diantaranya adalah dengan memperbanyak konsumsi makanan yang dapat berfungsi untuk meningkatkan daya ingat otak. Beberapa contoh makanan yang dapat meningkatkan daya ingat otak adalah:
1. Minyak Ikan
Otak kita membutuhkan asam lemak omega3 yang bisa ditemui dari beberapa jenis ikan seperti mackarel, tuna, salmon, dan jenis ikan laut lainnya. Selain asam lemak omega-3, ikan-ikan ini juga mengandung docosahexaenoic acid (DHA) dan yodium yang bagus untuk saraf otak dan mengasah daya ingat lebih tajam.
2. Gandum
Banyak manfaat atau khasiat yang bisa kita ambil dari gandum, selain beresiko lebih rendah dari penurunan kognitif yang bisa menyebabkan Alzheimer, gandum juga berkhasiat untuk meningkatkan daya ingat otak kita. Makan gandum beserta olahannya seperti sereal, wheatbrand, dan pasta gandum memberikan vitamin B12 dan B6 yang bisa meningkatkan dan mempertahan daya ingat otak kita.
3. Brokoli
Brokoli merupakan sumber vitamin K, yang dikenal baik untuk meningkatkan fungsi kognitif serta kemampuan otak dalam berfikir.
4. Tomat
Faktor usia adalah salah satu hal penyebab menurunnya daya ingat otak kita. Untuk meningkatkan daya ingat, tomat adalah buah yang cukup bermanfaat. Hal ini dikarenakan tomat kaya akan Lycopene dan antioksidan yang bisa membantu melindungi terhadap jenis kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas yang diakibatkan karena faktor usia.
5. Kacang-kacangan
Menurut the American Journal of Epidemiology, kacang atau pun selai kacang mengandung lemak yang baik untuk tubuh. Selain itu, kacang juga menjadi sumber vitamin E tinggi yang bisa menjaga tubuh tidak hanya dari serangan jantung tapi juga memperbaiki untuk sistem kerja dan meningkatkan daya ingat otak.
6. Blueberry
Ekstrak blueberry dapat membantu memelihara serta meningkatkan daya ingat dan fungsi otak. (Sumber : penelitian Tufts University dan Journal of Neuroscience).
7. Blakcurrant
Vitamin C pada Blackcurrent sudah dikenal memiliki kekuatan untuk meningkatkan ketangkasan mental dalam berfikir. Mampu menjaga otak dari racun dari lingkungan ataupun makanan, sehingga bisa mencegah terjadinya penurunan daya ingat.
8. Kuaci Biji Labu
Meningkatkan daya ingat bisa dengan makanan yang mengandung zinc. Zinc baik untuk meningkatkan daya ingat dan memeilahara ketajaman otak dan pikiran. Zinc bisa ditemukan di kuaci biji labu.

kimia tembaga


PENDAHULUAN


Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Melebur pada 10380C. Karena potensial elektrode standarnya positif, tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen bisa larut sedikit. Tembaga yang terdapat di bumi ini tidak melimpah (55 ppm) namun terdistribusi secara luas sebagai logam dalam sulfida, arsenida, klorida dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopyrite CuFeS2. Tembaga diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba, yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat kimiawi tembaga ditemukan sebagai Cu+ dan Cu2+ [1].
Elektroplating merupakan suatu proses pengendapan elektro lapisan logam pada elektrode yang bertujuan membentuk permukaan dengan logam dasarnya. Logam yang dilapisi adalah tembaga karena mudah dibentuk menjadi perhiasan, alat industri, bagian kendaraan bermotor dan lain sebagainya [2].
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3 [3].
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu­­+. Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap [4].
Tembaga (I) seperti terdapat dalam CuI dan Cu(CN) memiliki bentuk stereokimia tetrahedral, sedangkan CuII memiliki bentuk yang lebih beragam. Segi empat untuk CuO(s), CuCO, atau CuCl dan oktahedral terdistorsi dalam ikatan trans yang lebih panjang sebagai contoh Cu(H2O) dan CuCl2(s) [5].
Tembaga dalam jumlah yang kecil esensial bagi kehidupan, tetapi akan bersifat racun dalam jumlah yang besar, terutama bagi bakteri, alga, dan fungi. Diantara banyak senyawa tembaga yang digunakan sebagai pestisida adalah asetat basa, karbonat, klorida, hidroksida, dan sulfat. Secara komersil senyawa tembaga yang terpenting adalah CuSO4.5H2O. Selain dalam bidang pertanian, CuSO4 juga digunakan untuk baterai dan penyepuhan, pembuatan garam tembaga yang lain, perminyakan, keret, dan industri baja [4].
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air. Senyawa-senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, muapun dalam larutan-air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu (H2O)4­]2+ saja. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah. Sedangkan senyawa Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II) lebih stabil dalam larutan. Mereka beracun dan mengion yang berwarna gelap (biru gelap) yang terbentuk dengan larutan amonia berlebihan. Cu digunakan buat kabel/kawat/peralatan listrik; dalam logam-logam paduan; monel, perunggu kuningan, perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain-lain. Umumnya bijih tembaga hanya mengandung 0,5% Cu. Pemekatan bijih ini sangat diperlukan. Hal ini biasanyanya dilakukan dengan pengembangan menghasilkan bijih pekat dengan kandungan sekitar 20-40%. Untuk mendapatkan tembaga yang lebih murni, Cu2O direduksi dengan karbon (C).
2Cu2O + C 4Cu + CO2
[1].
Tembaga merupakan salah satu logam yang terdapat cukup banyak dalam keadaan bebas. Metalurgi dan kegunaan tembaga. Melalui ekstraksi tembaga dari bijihnya (biasanya sebagai sulfida) lebih rumit. Kekompleksan ini meningkat sebab adanya besi sulfida pada bijih tembaga. Prosedur yang biasa digunakan mengakibatkan besi diproduksi bersama-sama dengan tembaga. Untuk menghindari hal ini, besi harus dipisahkan sebelum reduksi akhir logam tembaga dilakukan. Lima langkah yang dilakukan adalah pemekatan, pemanggangan, peleburan, pengubahan dan pengilangan [3].
Potensial pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali. Jika kita membuat Cu+ cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. Cu+(aq) mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku) [4].
Asam tatrat atau asam sitrat dalam terkandung dalam suatu larutan, maka tembaga (II) hidroksida tak diendapkan oleh larutan basa alkali, tetapi larutan jadi berwarna biru. Jika larutan yang basa ini diolah dengan zat-zat pereduksi tertentu, seperti hidroksilamina, hidrazina, glukosa dan asetaldehida maka tembaga (I) hidroksida yang kuning mengendap dari larutan yang hangat, yang kemudian diubah menjadi tembaga (I) oksida merah [5].
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 12 tabung reaksi, 1 rak tabung reaksi, 2 tabung lebur, 1 gelas piala 100 ml, 1 gelas piala 250 ml, 1 corong, 1 pipet tetes, 1 penjepit tabung, 1 gelas ukur 10 ml dan 1 pembakar bunsen.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tembaga, garam rochelle tembaga (II) oksida, HCl 2 M, HNO3 1 M, H2SO4 1 M, NaOH 1 M, CuSO4 1 M.
B. Cara Kerja
1. Eksperimen Pendahuluan
Dipanaskan sekeping logam pada nyala pembakar dengan digunakan penjepit. Dimasukkan sekeping tembaga ke dalam 2 ml asam nitrat encer, kemudian dipanaskan. Diperiksa gas yang terbentuk. Ditambahkan larutan natrium hidroksida encer setetes demi setetes pada 2 ml larutan tembaga sulfat, sampai natrium hidroksida berlebih. Ditambahkan larutan amoniak setetes demi setetes pada larutan tembaga sulfat, sampai larutan amonia berlebih. Ditambahkan asam klorida pekat setetes demi setetes pada 2 ml larutan tembaga sulfat sampai tidak terjadi lagi perubahan.
2. Tembaga (I) dan Tembaga (II)
Pembuatan Tembaga (I) Oksida dimasukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 gram glukosa pada larutan benedict, Dipanaskan sampai terbentuk endapan merah jingga. Dibiarkan terbentuk endapan, kemudian didekantasi dan dicuci endapan dengan air.
Reaksi antara Tembaga (I) oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan Asam. Dimasukkan 0,1 gram tembaga (I) oksida ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi. Dimasukkan sedikit tembaga (II) oksida ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi yang lain. Ditambahkan asam klorida encer, asam sulfat encer, dan asam nitrat encer pada oksida sampai masam itu berlebih. Dipanaskan tabung reaksi dan diamati dengan seksama yang terjadi.
Pembuatan Tembaga (I) Klorida. Dimasukkan kira-kira 0,5 gram tembaga (II) oksida dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5-10 ml asam klorida pekat. Dipanaskan sampai diperoleh larutan hijau tembaga (II) klorida. Ditambahkan 1 gram tembaga dan dididihkan selama 5 menit. Disaring dan dimasukkan filtrat ke dalam 200 ml air dalam bejana gelas.
Pembuatan Tembaga (I) Yodida Ditambahkan 3 ml KI ke dalam 3 ml CuSO4 dalam tabung reaksi, kemudian diamati hingga terbentuk endapan Ditambahkan natrium tiosulfat hingga larutan menjadi jernih dan terbentuk endapan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Eksperimen Pendahuluan
No.
Langkah Percobaan
Hasil
Percobaan
1.
a.
b.
Eksperimen pendahuluan
Memanaskan sekeping logam tembaga pada nyala pembakar
Sekeping tembaga + 2 ml HNO3 encer dan dipanaskan
Api warna hijau dan logam
warna kemerah-merahan
2. Tembaga (I) dan Tembaga (II)
No.
Langkah Percobaan
Hasil
Percobaan
1
a
2
a
b
c
3
a
b
4
a.
b
Pembuatan Tembaga (I) oksida
1 gram glukosa + Benedict
Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam
0,1 gram tembaga (I) oksida + HCl
0,1 gram tembaga (I) oksida + H2SO4
0,1 gram tembaga (I) oksida + HNO3
Pembuatan tembaga (I) klorida
0,5 gram tembaga (I) oksida + 5 ml HCl
Menambahkan 1 gram tembaga, didihkan selama 5 menit dan menyaringnya, memasukkan filtrat (hijau) dalam 200 ml air
Pembuatan tembaga (I) yodida
3 ml KI + 3 ml tembaga (II)sulfat
Menambahkan natrium thiosulfat
Terbentuk endapan merah jingga
Larutan warna hijau
Larutan warna biru
Larutan warna biru kehitaman
Terbentuk larutan tembaga (II) klorida dan larutan berwarna hijau
Pada air bagian atas bening dan bagian bawah putih agak kebiruan sedikit keruh (tidak terbentuk endapan Cu)
Warna awal biru menjadi cokelat dan terbentuk endapan
Larutan berwarna putih susu
B Pembahasan
1. Eksperimen Pendahuluan
Eksperimen pendahuluan dilakukan dengan cara memanaskan sekeping logam pada nyala api. Pada saat dilakukan pemanasan, api berubah menjadi hijau disekeliling logam dan warna pada logam setelah dipanaskan berwarna kemerah-merahan. Hal ini menunjukkan bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.
2 Cu + O2 2CuO
Percobaan selanjutnya, dengan dimasukkan logam tembaga yang kedalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml larutan HNO3 dan dipanaskan menghasilkan gas perak. Selanjutnya dengan ditambahkan larutan NaOH pada 2 ml larutan CuSO4 dan dipanaskan, sehingga menghasilkan larutan warna biru dengan disertai penggumpalan di bagian atas larutan dan penambahan NaOH sebanyak 7 tetes. Pada saat larutan NH3 pada 2 ml larutan CuSO4 dan dipanaskan, sehingga larutan berwarna ungu dengan penambahan NH3 sebanyak 8 tetes. Pada penambahan 2 ml larutan CuSO4 ke dalam HCl pekat larutan berubah menjadi hijau, dengan penambahan HCl sebanyak 14 tetes. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2HCl + CuSO4 CuCl + H2SO4
2 HNO3 2NO + H2O + 3On
3O + 3 Cu 3CuO
2HNO3 + 3Cu 2NO+H2O+3CuO
2. Tembaga (I) dan Tembaga (II)
Pembuatan tembaga (I) oksida Percobaan pembuatan tembaga (I) oksida dilakukan dengan mereaksikan 1 gram glukosa dengan larutan benedict sehingga terbentuk endapan merah jingga. Hal ini menunjukkan bahwa pada penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 tabung reaksi dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Endapan jingga yang dihasilkan merupakan tembaga (I) oksida yang terbentuk. Reaksinya yaitu :
CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2+ Na2SO4
2Cu(OH)2 Cu2O + 2H2O
Cu2O + H2SO4
Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam. Pembuatan tembaga (I) oksida dilakukan dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing dengan 0,1 gr tembaga (I) oksida dengan larutan HCl encer, 0,1 gr tembaga (I) oksida dengan larutan H2SO4, 0,1 gr tembaga (I) oksida dengan larutan HNO3, secara berturut-turut menghasilkan larutan berwarna hijau, larutan berwarna biru dan larutan warna biru kehitaman dan kemudian membentuk endapan hitam. Adanya endapan hitam ini dikarenakan pengaruh belerang (S) yang terkandung dalam ion sulfat. Perubahan warna disebabkan penambahan kalor yang mengakibatkan reaksi antara tembaga(I) dengan ion sulfat menjadi lebih cepat. Reaksinya sebagai berikut:
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O
CuO + 2HNO3 Cu(NO3)2+ H2O
Pembuatan tembaga (I) klorida. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 0,5 gr CuO dengan 5 ml HCl yang menghasilkan tembaga (II) klorida (larutan berwarna hijau lumut). Kemudian ditambah 1 gram CuO, didihkan selama 5 menit, disaring dan filtrat yang diperoleh berwarna hijau. Filtrat tersebut dimasukkan ke dalam 200 ml air, sehingga diperoleh pada bagian atas air bening dan bagian bawah agak keruh. Reaksi yang terjadi:
dipanaskan
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
CuCl2 + Cu 2CuCl
Pada percobaan ini diharapkan terbentuk endapan warna biru sebagai endapan tembaga. Namun pada kenyataannya endapan tersebut tidak dapat terbentuk, maka kesalahan dapat terjadi karena kekurangcermatan praktikan dalam melaksanakan praktikum. Larutan dipanaskan maka menghasilkan warna larutan menjadi hitam kemudian menyaringnya dan menambahkan 200 ml air maka menghasilkan larutan berwarna putih kebiru – biruan.
dipanaskan
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
CuCl2 + Cu 2CuCl
Pembuatan tembaga (I) yodida. Dengan menambahkan 3 ml KI pada 3 ml tembaga (II) sulfat, pada warna awal larutan berwarna biru kemudian berubah menjadi cokelat dan terbentuk endapan. Campuran tersebut diatas ditambahkan dengan natrium thiosulfat, sehingga larutan yang pada awalnya berwarna cokelat berubah menjadi warna putih susu. Reaksinya sebagai berikut:
KI(l) + CuSO4 (l) CuI(s)+K2SO4 (l)
Perubahan larutan berwarna putih susu jika didiamkan terdapat endapan dan hal tersebut menunjukkan bahwa pada larutan telah terbentuk tembaga (I) yodida.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan adalah:
1. Tembaga merupakan suatu logam yang teroksidasi jika dibakar warnanya memendar dan bila direaksikan dengan HNO3 menghasilkan gas yaitu gas NO.
2. Suatu Tembaga (I) oksida telah terbentuk dengan melarutkan CuSO4 di dalam campuran NaOH dan Kalium tartrat. Tembaga (II) klorida dibuat dengan mereaksikan CuO dengan asam klorida. Tembaga (I) yodida dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) sulfat dengan Kalium iodida.
3. Tembaga (I) klorida dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida dan HCl pekat, kemudian ditambahkan serbuk tembaga sehingga terbentuk CuCl yang terwujud dalam endapan biru.
4. Percobaan pembuatan trembaga (I) yodida dengan ciri bahwa larutan berwarna putih susu.


REFERENSI
1. Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
2. http://www.google.com. Pengaruh Waktu Pelapisan Nikel pada Tembaga dalam Pelapisan Khrom dekoratif terhadap Tingkat Kecerahan dan Ketebalan Lapisan.Volume. 2 No. 1
Diakses 10 November 2008.
3. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung.
4. Petrucci, Ralph H, 1987, alih bahasa Suminar Ahmadi, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3, Penerbit Erlangga : Jakarta.
5. Cotton and Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI- Press : Jakarta.
6.  http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/kimia-tembaga/


LAMPIRAN
1. Bilangan oksidasi dari tembaga pada :
a. CuCO3
Cu + 4 + (-2.3) = 0
Cu = +2
b. Cu(OH)2
Cu + (-2) = 0
Cu = +2
c. Cu(NH3)4SO4
Cu + 0 + 6 + (-8) = 0
Cu = +2
  1. CuCl42-
Cu + (-4) = -2
Cu = +2
2. Reaksi antara Cu2O dan H2SO4 encer :
2Cu2O + 4H+ + 2SO42- 4Cu + 2SO2 + 2H2O + 2O2
oksidator : H2SO4
reduktor : Cu2O
3. Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air bila keadaan tembaga (I) mengalami disproporsionasi dalam alrutan air dan bila konsentrasi dari tembaga tersebut sangat rendah.
4. Konfigurasi dari :
Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1
Cu+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s0
Cu2+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d9 4s0
Ditinjau dari struktur elektron yang lebih stabil adalah Cu+, karena elektronnya terisi penuh, sedangkan untuk ion Cu2+ tidak stabil karena orbital tidak terisi penuh elektron.
5. a. Cu+ Cu2+ + 2e Eo = -0,34 V
Cu+ + 2e- Cu Eo = +0,52 V
2Cu+ Cu2+ + Cu Eo = 0,18 V
b. Ion Cu+ mengalami disproporsionasi dalam larutan air meskipun stabil dalam keadaan bebas air. Tembaga (I) klorida tidak melarut dalam air sehingga dengan demikian Cu+ tidak mengalami disproporsionasi. Tembaga (I) klorida membentuk ion Cu (I) klorida lebih stabil terhadap CU (II) klorida. Hal ini terjadi karena Cu+ mudah teroksidasi menjadi Cu (II). Tembaga (I) klorida cukup stabil dan mudah dibuat dengan terurainya tembaga (II) klorida pada saat pemanasan menjadi tembaga (I) klorida.
c. Contohnya :
Cu2+ + 4H2O Cu(H2O)42+